AisyahRA berkata: ‘Aku membeli kain yang ada motif gambar-gambar.’ Ketika Nabi SAW menyaksikannya, beliau berdiri di pintu dan tidak mau masuk. Aisyah berkata: ‘Aku saksikan keengganan pada wajah beliau (terhadap kain yang bergambar itu).’ Lalu aku berkata: ‘Wahai Rasulullah, aku bertobat kepada Allah dan Rasul-Nya, apa dosaku)’.
Semua gunung yang ada di bumi dijaga oleh Malaikat. Tak hanya dijaga, Malaikat penjaga gunung juga bisa mengangkat sebuah gunung, dan menimpakan kepada satu kaum atau sebuah negeri. Begitu dahsyat kekuatan Malaikat yang diberikan oleh Allah SWT. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW pernah ditawari bantuan oleh Malaikat penjaga gunung untuk menghancurkan sebuah kaum. Namun, Rasulullah SAW tidak ingin ada kaum yang binasa dan negeri yang hancur, hanya karena mereka tidak mau taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Dalam al-Qur’an, terdapat sebanyak 35 kata gunung. Di Hari Kiamat nanti, gunung-gunung akan beterbangan seperti kapas atau bulu yang beterbangan. Artinya, gunung dengan tinggi dan besarnya di mata manusia, ternyata sangat kecil di mata Allah SWT. Kita juga mungkin bisa takjub dengan kekuatan para pendaki yang mampu mendaki semua gunung tertinggi di dunia. Mereka menjelajah semua pegunungan dengan tingkat rintangan dan kesulitan tinggi. Ternyata semua itu kecil bagi Allah dan para Malaikat-Nya. Karena itu, perlu kita mengkaji untuk megetahui Malaikat-Malaikat utusan Allah sebagai bentuk penguatan keimanan, dan tak mudah takjub dengan kekuatan dan kemampuan manusia. Kekuatan Allah jauh di atas segalanya. Bahkan, kekuatan yang diberikan kepada Malaikat saja, ternyata sungguh jauh lebih dahsyat dibanduingkan apa yang dimiliki manusia. Dalam tulisan ini, akan dibahas mengenai Malaikat penjaga gunung, yang juga ditulis dalam Kitab Akidah dan Rukun Iman karya Dr Umar Sulaiman al-Asyqar. Dalam serialnya, pembahasan Malaikat dikupas dalam satu kitab. Begitu pentingnya kita mempelajari tentang Malaikat, sehingga dengan membaca satu tulisan saja pasti tidak cukup. Dalam hadist yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, menceritakan, Allah SWT pernah mengutus Malaikat penjaga gunung kepada hamba dan Rasul-Nya, Muhammad SAW. Malaikat itu menawarkan kepada Beliau bantuan untuk membinasakan penduduk Makkah. Dalam shahih Bukhari No. 3231 dan Muslim No 1795, terdapat sebuah riwayat dari Aisyah ra, ia pernah bertanya kepada Rasulullah SAW, “Apakah engkau pernah merasakan hari yang lebih dahsyat daripada Perang Uhud?” Beliau menjawab “Aku pernah mengalami cobaan dari kaummu dahulu. Cobaan terberat terberat yang aku alami dari mereka adalah pada waktu peristiwa Aqabah nama sebuah tempat di Mina, Makkah.” Saat itu, aku meminta bantuan kepada Ibnu Abdul Yalil bin Abdu Kulal, namun ia enggan memenuhi permintaanku. Aku pun melanjutkan perjalananku. Ketika aku sangat gelisah sehingga aku tidak tahu lagi kemana arah yang harus kutuju. Akhirnya aku sampai di Qarnuts Tsa’alib wilayah dekat Makkah. Di sana aku mengangkat kepalaku ke langit, ternyata ada sebuah gumpalan awan yang memanggilku lalu berkata “Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan kaummu kepadamu dan penolakan mereka terhadap dirimu. Dan Allah telah mengutus Malaikat penjaga gunung agar engkau memerintahkannya sekehendakmu untuk membalas perbuatan mereka.” Malaikat penjaga gunung memanggilku, mengucapkan salam kemudian berkata “Wahai Muhammad! Perintahkanlah kepadaku sekehendakmu, jika engkau mau, aku akan menimpakan kedua gunung ini kepada mereka. Yaitu gunung Abu Qubays dan al-Ahmar serta dua gunung di Mina. Namun, Nabi berkata “Tidak, tetapi aku berharap Allah menjadikan dari anak keturunan mereka orang-orang yang hanya menyembah Allah dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apa pun”. Dalam hadist tersebut, menunjukkan kepada kita bahwa betapa kuat dan dahsyatnya Malaikat penjaga gunung. Malaikat punya kemampuan mengangkat dua gunung besar sekaligus dan mampu menimpakannya kepada satu kaum atau sebuah negeri. Lalu, dengan kekuatan kita yang terbatas ini, apa yang hasrus disombongkan? Perlu juga dipahami, Malaikat penjaga gunung tidak berarti ia bertugas untuk menjaga gunung agar manusia tidak merusak. Kata para ulama, hakikat tugas Malaikat yang ada di gunung, tidak ada penjelasan rinci mengenai hal tersebut. Maka cukup bagi kita untuk mengimani bahwa Allah telah menempatkan Malaikat di setiap gunung, taat dan tunduk terhadap apa pun perintah Allah kepada mereka. Faidah atau hikmah lain dari hadist di atas, menunjukkan bahwa Nabi SAW bukanlah seorang pendendam, bukan pula orang yang suka berputus asa. Rasulullah SAW lebih suka mendoakan dan meminta kepada Allah agar orang-orang yang menyakiti dan membangkang kepadanya, diberi hidayah. Pertama, hadist ini menerangkan betapa dahsyatnya penderitaan Nabi saat berdakwah dan memanggil kaumnnya ke dalam Islam. Nabi tak hanya menerima fitnah dan caci makian, tetapi sampai pada kezaliman secara fisik seperti pelemparan, serta teror dan ancaman pembunuhan. Begitu dahsyatnya penderitaan yang dialami Nabi, namun beliau tetap sayang kepada sesama. Kedua, hadist ini menjelaskan betapa teguh, tangguh, dan sabarnya Rasulullah dalam berdakwah. Bahkan, beliau menujukkan rasa sayang kepada ummatnya. Kalau bukan karena rasa kasih dan sayang, maka hancurlah ummat saat itu, seperti dikisahkan dalam hadits di atas. Ini adalah sebuah kenikmatan, di mana Allah mengutus Nabi yang sangat penyayang. Beliau disakiti, malah dibalas dengan doa dan kebaikan. Ketiga, dari hadits tersebut, para ulama menyatakan kepada para pendakwah, mubaligh, ustadz, atau dai. Mereka seharusnya mengikuti tuntunan Nabi dalam berdakwah, ceramah, dan menyampaikan risalah Allah. Mereka harus bersikap lemah lembut rifqun linnass, penyayang rahmah, dan bersungguh-sungguh bi hartsi alaihim meginginkan kebaikan bagi umat yang didakwahi, Ini adalah karakterisitik ahlussunnah wal jamaah, yaitu, paling tahu tentang kebenaran dan paling penyayang kepada sesama manusia. Sabda Nabi, “Laa yu’minu ahadukum hattaa yuhibba li-akhihi kamaa yuhibbu linafsihi”, maksudnya, tidak beriman seseorang sebelum ia mencintai kebaikan kepada orang lain sebagaimana ia mencintai kebaikan bagi dirinya sendiri. Kebaikan tertinggi dalam Islam adalah hidayah, taat, taqwa, dan iman kepada Allah SWT. Wallahu a’lam. Aza
29 May Di setiap gunung2 yang ada diatas bumi ini terdapat penjaga dari golongan malaikat. ALLAH pernah mengutus dan memerintahkan malaikat penjaga gunung ini kepada hamba dan Rasul-Nya, dan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam pernah ditawarkan, untuk membinasakan orang2 kafir di Thaif. Sebagaimana yang diriwayatkan Imam Bukhari dalam kitab shahihnya dari Aisyah radhiyallahu anha, bahwa dia berkata; Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda”Malaikat penjaga gunung memanggilku dan mengucapkan salam kepadaku dengan mengatakan “Wahai Muhammad, sesungguhnya ALLAH telah mendengar ucapan kaummu. Dan aku adalah malaikat penjaga gunung yang diutus oleh ALLAH kepadamu untuk melaksanakan apa yang engkau perintahkan kepadaku. Apa yang engkau kehendaki ?….Jika engkau mau, akan ku angkat dua gunung besar ini kemudian ditimpakan kepada kaummu.” Rasulullah menjawab “Saya masih berharap, semoga kiranya ALLAH mengeluarkan dari tulang rusuk mereka keturunan yang menyembahkan ALLAH semata dan tidak meyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun…” Maka itu hendaknya kita bertaqwa dimanapun berada. Untuk para pecinta alam atau pendaki gunung, jagalah ketaatan kalian baik di gunung dan selainnya. Jangan berbuat durhaka dan meninggalkan kewajiban diatas bumi Allah. Sesungguhnya malaikat penjaga gunung sangat patuh dan taat kepada Rabb-Nya, dan mereka tidak pernah durhaka dan membantah-Nya. Jangan sampai kita seperti ummat2 terdahulu yang dibinasakan karena kedurhakaan kita kepada Rabb Pencipta Alam Semesta. Karena Rabb kita tidak pernah tidur, dan Dia Maha Mengetahui apa yg kita lakukan, apa yang ada di permukaan gunung maupun di dalamnya, mengetahui jumlah pasir dan bebatuan di gunung, mengetahui semua titik2 hujan yg menempel di dedaunan, mengetahui langkah2 kita dan hembusan nafas kita. Muslim Adventure Group Recent Posts INI YANG SELALU DIKANTONGI RAJA SALMAN SYARIAT JESUS CARA MENGAKALI LAMBANG SALIB DI KAOS SENJATA RAHASIANYA SYIAH JAMAAH HAJI 100 TAHUN LALU RESIKO CARI ISTRI CANTIK APA KATA DR. BILAL PHILIPS? UANG JAJAN SI FAHD KISAH WANITA YANG TELAT MENIKAH WANITA TUNARUNGU YANG BERCADAR MY WIFE MY ADVENTURE KELILING DUNIA SUDAH, KELILING KABAH BELUM? PENJUAL KERUPUK YANG BUTA NASEHAT IMAM IBNUL QAYYIM CELANA PANJANG SI FAHD DR. BILAL PHILIPS, MANTAN DEWA GITAR’ SEGAN KARENA HIJABNYA DIALOG FAHD DENGAN MAMANYA GANTENG GANTENG PACET JIKA WANITA IBARAT CASING HP
NabiSAW yang pergi dengan badan fisik hingga bisa salat di Masjidil Aqsha dan memilih susu yang ditawarkan Jibril, tetapi mengalami hal-hal non-fisik, seperti pertemuan dengan ruh para Nabi yang telah wafat jauh sebelum kelahiran Nabi SAW dan pergi sampai ke surga. Rasulullah bersama jibril diajak ke dimensi malaikat, sehingga Rasulullah
GunungKelud. Kab. Kediri Jatim. bertauhid dan ta’at kepada-Nya, beriman kepada Malaikat-Malaikat-Nya, Rasul-Rasul-Nya, Kitab-Kitab-Nya, hari akhir, taqdir baik dan buruk dan mengimani seluruh apa-apa yang sudah shahih tentang Prinsip-Prinsip Agama (Ushuluddin), perkara-perkara yang ghaib, beriman kepada apa yang menjadi ijma
HARI itu Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam sedang berada di bilik sederhana sang istri tercinta, Aisyah binti Abu Bakar Al-Shiddiq, yang terkenal cerdas, lincah, dan memiliki spontanitas yang mengagumkan. Ia juga fasih berbicara dan berkarakter kuat sebagai hasil didikan Bani Makhzum, salah satu marga terkemuka di kalangan suku Quraisy. Setelah memperbincangkan berbagai hal, putri khalifah pertama dalam sejarah Islam itu bertanya kepada sang suami tercinta yang langka bandingannya, “Wahai Rasul! Apakah engkau pernah mengalami luka yang lebih parah daripada luka dalam Perang Uhud?” BACA JUGA 2 Amalan Manusia yang Tidak Bisa Ditiru Malaikat “A’isyah!” jawab Rasulullah Saw. kepada sang istri yang usianya lebih muda sekitar empat puluh lima tahun dengan beliau. “Sungguh, aku pernah mengalami penyiksaan oleh kaummu. Penyiksaan yang paling pedih kualami terjadi pada peristiwa Aqabah. “Kala itu aku mendatangi lbn Abd Yalil bin Abd Kulal. Namun, dia tidak mengacuhkan apa yang kuinginkan. Lalu, dengan gundah, aku berlalu. Setibanya di Qarn Al-Tsa’alib, kuangkat kepalaku ke atas. Tiba-tiba aku melihat Jibril di situ. Dia memanggilku dan mengatakan, Sungguh, Allah Swt. mendengar ucapan kaummu kepada-mu dan jawaban mereka kepadamu. Karena itu, Allah mengutus kepadamu malaikat yang mengurus gunung untuk diperintahkan menyiksa kaummu sesuai dengan kehen-dakmu.’ BACA JUGA Mengapa Isi Alquran Tidak Seluruhnya Ditafsirkan di Zaman Rasulullah? “Maka, malaikat yang mengurus gunung itu mendatangiku dan menyapaku, dan selepas mengucapkan salam kepadaku, dia berkata, Wahai Muhammad! Sungguh, Allah mendengar ucapan kaummu. Aku adalah malaikat yang mengurus gunung. Aku diperintahkan oleh Tuhanmu untuk mengurus gunung. “Aku diperintahkan oleh Tuhanmu untuk mendatangimu agar melaksanakan apa yang engkau perintahkan kepadaku. Lalu, apa yang engkau kehendaki? Kalau engkau mau, aku akan membenturkan dua gunung ini kepada mereka!’ Aku justru berharap agar Allah memunculkan, di antara anak keturunan mereka, orang-orang yang beriman kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun,’ jawabku.” Usai bertutur demikian, Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam kemudian menikmati rehat bersama istri tercinta yang terkenal sangat cemburu dengan Khadijah binti Khuwailid, istri pertama beliau. [] Sumber Mutiara Akhlak Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam 100 Kisah Teladan tentang Iman, Takwa, Sabar, Syukur, Ridha, Tawakal,Ikhlas, Jujur, Doa, dan Tobat/Karya Ahmad Rofi Usmani/Penerbit Mizania/2006Matajuga adalah jendela dunia. Kita bisa melihat terhadap semua apa yang diciptakan Allah di dunia ini. Maka pergunakanlah mata ini untuk melihat kebenaran terhadap apa yang telah diturunkan Allah melalui Nabi Muhammad Saw, Al-Qur'an. Sampai-sampai mata ini bercucuran melihat kebenaran Al-Qur'an seperti yang digambarkan ayat berikut ini :
DISEBUTKAN dalam Shahih Bukhari Volume 4 hadist nomor 3231 Istri Rasulullah SAW Aisyah ra bertanya kepada Rasulullah SAW, “Adakah hari dalam hidupmu yang lebih buruk dari pada hari perang Uhud? Yang manakah hari terburuk dalam hidupmu?” Rasulullah SAW menjawab, “Ya, itu adalah hari Aqabah di Thaif.” Ketika Rasulullah menyampaikan pesan Islam kepada penduduk Thaif, mereka justru menimpukinya dan mereka tidak mendengarkan pesannya dan mereka tidak mematuhi Rasulullah dan beberapa riwayat mengatakan mereka menimpukkinya dengan batu. Ini adalah hari terburuk dalam hidupnya. Lalu ketika Rasulullah berbaring dengan wajahnya menghadap matahari dan tiba-tiba Dia melihat segumpal awan kelabu meneduhi kepalanya. Dan ketika Beliau menengadah, Rasulullah melihat malaikat Jibril Malaikat Jibril berkata “Allah telah menyaksikan apa yang mereka lakukan kepadamu, dan bagaimana perlakuan mereka kepadamu. Jadi Allah telah mengutus malaikat penjaga gunung untuk membantumu,” Kemudian Malaikat Jibril memanggil malaikat penjaga gunung. Ketika malaikat penjaga gunung datang, Ia berkata kepada Rasulullah SAW, “Tuhanmu telah mengutusku, dan kami telah mendengar dan menyaksikan apa yang dilakukan orang-orang kepadamu. Perintahkanlah apa yang harus kulakukan. Apapun katamu akan ku lakukan. Apa kau ingin aku mengangkat dua gunung di Kota Mekkah? Sehingga orang-orang itu akan remuk karena terhimpit gunung itu?“ Rasulullah SAW menjawab “Tidak, aku lebih mengizinkan jika Allah SWT menjadikan keturunan dari orang-orang ini, generasi orang-orang setelah ini menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya.” MasyaAllah, bayangkanlah Nabi bersabda bahwa ini merupakan hari terburuk dalam hidupnya. Bayangkan jika ini hari terburuk dalam hidup kita dan seseorang ingin menolongmu dan berkata, “Aku dapat menghancurkan mereka” Tapi di sini Rasulullah menjawab “Jangan hancurkan mereka”. Beliau justru menginginkan agar keturunanan mereka tidak mengikuti mereka dan beriman kepada Allah. Disebutkan dalam Shahih Bukhari Volume 8 hadist nomor 6397 bahwa seseorang menghampiri Rasulullah dan berkata, “Penduduk Daus mereka tidak setuju dengan pesan Islam dan mereka menolak pesannya mengapa kau tidak mengutuk penduduk Daus ini?” Dan sahabat mengira bahwa sekarang Rasulullah akan mengutuk penduduk Daus. Tapi Rasulullah SAW justru berdoa kepada Allah, “Ya Allah, tuntunlah penduduk Desa Daus sehingga mereka dengat dengan kami. Berilah hidayah, berilah petunjuk”. Dan Rasul tidak mengutuk mereka. Begitulah teladan Nabi, selalu sabar dalam segala kondisi. Hal ini tentu akan sangat sulit direalisasikan pada masa kini. Dimana sebagian kita, lebih memilih marah dan benci. []
82VjG.